Oct 8, 2021

Dari Rahim yang Sama (1)

Gue dilahirkan di keluarga yang cukup besar. Bukan, bukan ukurannya tapi jumlah membernya. Yap gue 4 bersaudara, gue bagian kegencetnya, anak ketiga. Jadi anak ketiga itu berarti menjadi bayi yang keluarnya no 3 dari rahim emak gue. Cerita ini bukan tentang gue yang selalu terhimpit di tengah-tengah. Ini tentang sodara-sodara gue yang punya kelebihannya masing-masing. Okeh, gue mulai dari yang pertama karena yang pertama biasanya no 1. Aw aw aw.

Abang gue yang no 1 namanya Bnag Andri. Dia ini yang selalu menjadi acuan gue dalam melakukan apapun. Menurut gue dia keren karena dia punya banyak kemampuan yang gak sama sekali gue punya. Tapi kemampuan-kemampuan yang dia punya itu gak semata-mata ada dari dia lahir. Dia dapetin itu pake usaha keras yang gak semua orang bisa lakuin. Pokoknya dia keren banget.

Dari semua sodara gue, termasuk gue sendiri, Bang Andri ini yang paling punya banyak teman. Ini nandain dia pinter bergaul. Dari pinternya dia gaul sama orang-orang, dia juga cepat bisa bahasa daerah sana, yang mana gue cuma bisa Bahasa Indo doang. Karena bapak adalah seorang PNS jadi kita hidupnya pindah-pindah. Tapi ini sama sekali gak jadi masalah buat Bang Andri.

Bukan cuma gampang gaul sama orang, Bang Andri juga disukai binatang-binatang. Dulu pas masih gue kecil, ya kira-kira 20 kg lah, itu Bang Andri tiba-tiba pulang bawa anjing, iya anjing. Kita semua heboh, tapi dia biasa aja karena anjingnya gak galak, dikasi nama Roki. Roki ini jadi teman main Bang Andri sehari-hari, kemana pun dia pergi Roki pasti ngikutin. Saking gue juga mau bisa main sama Roki, akhirnya gue iming-imingi Roki dengan sebulat donat. Gue pancing dia buat ngedekat, baru gue naikin kayak seorang bajak laut, eh salah bajak laut naik anjing gimana ceritanya. Gue ngerasa seperti cowboy sambil pegang kayu yang gue bayangin sebagai pistol. Sebegitu niat gue supaya bisa jadi kayak Bang Andri.

Malang nian nasib Roki, sekelompok orang mengatasnamakan agama datang ke komplek perumahan dinas kami. Mengambil semua anjing disana dan dibunuh dengan alasan keharaman dan rabiesnya mereka. Pahadal anjing-anjing itu baik-baik gak ada yang pernah ganggu warga. Serontak Bang Andri nangis ketika Roki dibawa oleh mereka. Bagaiman iya eh tidak, Roki ini termasuk hewan jinak dan penurut serta teman dekat buat dia. Tapi Bang Andri udah gak bisa ngapa-ngapain lagi, cuma bisa pasrah.

Beberapa saat berselang semenjak kepergian Roki, Bang Andri pulang lagi bawa binatang, tapi bukan anjing, melainkan seekor monyet. Gue lupa lagi nama monyetnya, sebut saja namanya Boots. Boots ini gak kalah jinak dari Roki, bahkan dia gak perlu dirantai, dibiarin aja gitu tapi gak ganggu orang-orang. Sama halnya seperti Roki dulu, Boots ini selalu ngikutin Bang Andri kemana-mana. Bahkan sampai dia ke sekolah Boots masih ngikutin.

Lagi-lagi binatang kesayangan Bang Andri gak bertahan lama bersama dia. Hanya ada sekitar 6 bulanan semenjak adanya Boots, paman datang dari pulau seberang karena ada tugas. Oh iya paman gue ini seorang aparat penegak hukum dan wataknya sangat keras. Dia tertarik melihat Boots yang begitu jinak dan berkeinginan untuk membawa pulang Boots ke rumahnya. Mengetahui maksud dari paman, Bang Andri bersikeras gak memberikan ijin untuk paman membawa Boots. Tapi apa daya, karena paman orangnya superior banget dan bapak gak bisa berbuat apa-apa dengan ini, akhirnya Boots dibawa juga oleh paman ketika waktunya dia untuk kembali ke rumahnya tiba. Sebagai kompensasi, Bang Andri dikasi uang dengan jumlah tertentu untuk menggantikan Boots. 

Di hari kepergian Boots, Bang Andri cuma bisa termenung sambil terduduk pasrah melihat Boots meninggalkannya. Seketika itu juga hati gue remuk melihat kondisi Bang Andri yang untuk kedua kalinya terpaksa harus melepaskan binatang yang dia sayangi. Hujan turun saat itu, tapi bukan dari langit melainkan dari mata Bang Andri. Tak ada yang lebih menyakitkan dari dibukanya dengan paksa tangan yang sudah menggenggam.

Waktu Bang Andri kelas 6 SD, suatu sore dia pulang bawa kambing bareng teman-temannya. Bapak kaget, ternyata tanpa sepengetahuan kita semua dia ikut turnamen sepak bola dan juara 1. Siapa yang bakal menyangka bocah seumur itu bisa begitu membanggakan, bisa begitu berprestasi. Sebagai bentuk perayaan atas hasil kerja keras mereka, kambing ini pun diniatkan menjadi persembahan utama untuk perut mereka hari itu. Akhirnya tergoroklah kambing itu dengan teknik penjagalan yang cukup mengerikan. Kalau jaman itu sudah ngehits KP*I, adegan ini akan disensor, bukan cuma bagian leher dan kepala tapi juga semua darah yang berceceran di tanah.

Bakat Bang Andri bukan cuma di situ doang, kelas 6 SD dia sudah bisa naik motor bapak yang mana itu motor kopling dengan sendirinya tanpa ada yang ngajarin atau istilah kerennya tuh otodidak. Di umur segitu yang dimana bocah-bocah lain masih asik main layangan atau main kelereng. Dia mulai lagi nyoba-nyoba bongkar motor bapak untuk memuaskan rasa penasarmannya. Awalnya cuma bisa bongkar doang tanpa bisa merakit lagi motor itu. Secamam jasa terima bongkar tidak terima pasang. Untung aja di komplek ada Om Samsul yang serba bisa. Dibantulah Bang Andri merakit kembali motor bapak. Bang Andri banyak belajar dari Om Samsul perihal rakit merakit, mulai dari motor sampai alat elektronik.

Bang Andri ini tipikal bocah yang suka main tapi gak mau bikin orang tua repot karena harus minta uang beli mainan. Cara dia menikmati mainnya itu beda, dia bukan lagi mainin mainan itu tapi dia yang bikin mainan. Apa pun mainan yang lagi musim waktu itu, dia bakal coba buat bikin mainan itu. Hasilnya juga kaleng-kaleng, melainkan bisa punya nilai untuk dijual. Nambah dah duit dia buat belanja di sekolah.

Sangking banyaknya hal yang bisa dilakuin Bang Andri, mungkin kalo dulu udah ada yutup Bang Andri bakalan bikin channel yang isinya tutorial semua. Kenapa tutorial? Karena apa aja dia bisa kerjain. Mulai dari tutorial belajar bahasa daerah, tutorial bergaul, tutorial membuat layangan, bahkan tutorial yang paling sulit pun bisa dia bikin, yaitu tutorial membuat tutorial. Kalo hidup Bang Andri diibaratkan game RPG, dia mungkin sudah banyak nyelesaiin quest dan skill yang dia punya sudah banyak banget.

Dengan segala kebisaan Bang Andri, gak membuat bapak membiarkannya memilih sekolah atau jurusan yang dia mau. Dulu pas lulus SMP dia langsung bawa ijazahnya buat daftar di STM karena dia mau memperdalam ilmu dia di bidang listrik. Tapi apa daya bapak marah besar dan mengambil ijazahnya buat didaftarin di SMA. Alasannya simpel, bapak ndak mau anaknya jadi teknisi. Iya bapak sangat-sangat konservatif, bagi bapak SMA adalah sekolah dengan masa depan yang cerah. 

Begitu juga pas mau daftar kuliah, dikarenakan dulu Bang Andri gak dibolehin masuk STM, dia berniat untuk masuk Teknik. Lagi-lagi bapak gak mau, menurut bapak jurusan yang bakal bikin sukses adalah Hukum, jurusan dia. Karena kalo Teknik itu susah jadi PNS nya. Benar, bapak punya prinsip kalo pekerjaan terbaik yang bisa bikin orang menjadi sukses dan kaya raya adalah PNS dan Polis. Pekerjaan yang itu biasa aja menurut bapak. Jadilah Bang Andri kuliah di jurusan Hukum.

Dengan semua diktean bapak, gak membuat Bang Andri patah semangat ngejar mimpi dia. Selulusnya dari kuliah, bapak memaksanya untuk daftar PNS dan Polisi, tetap dilakukannya tetapi nothing to lose gitu. Keterima sukur, gak keterima ya gak masalah. Sampai akhirnya dia mendaftar di salah satu perusahaan kelistrikan dan keterima. Di tempat ini dia bisa meluapkan semua keingintahuannya di dunia kelistrikan, menambah ilmunya, berkembang.

Semua yang telah dicapai Bang Andri, semua bakat dan kemampuan yang dia miliki, dari kecil maupun sampai sebesar sekarang, dia akan dan tetap menjadi panutan gue. Orang yang menjadi inspirasi gue dalam masa pertumbuhan. Gue mau jadi sekeren dia.

"Tiap orang dilahirkan dengan ketidaktahuan tetang apapun tapi gak membuat Bang Andri luluh dengan itu. Dia mampu mendobrak ketidaktahuan itu menjadi kemampuan yang dia kuasai dan berkembang sesuai minatnya. Semua butuh proses."



No comments:

Post a Comment