Feb 3, 2014

2-12-13




Hari ini seperti hari senin yang biasanya. Gue bangun jam 8 karena berisiknya Otong dan Kodrat yang lagi berebut buat mandi. Gue bangkit dari tempat tidur dengan malasnya, seolah-olah kasur dan guling terus menarik untuk tetap tidur. Dengan doa yang cukup akhirnya gue bisa bangun dan turun ke bawah. Apa yang gue liat menjawab pertanyaan gue bahwa Kodrat lah yang menang dalam perebutan kamar mandi tadi. Kodrat dengan gagahnya sedang mengeringkan rambutnya pake keset sambil memainkan Tabnya.
Beberapa menit kemudian, Otong keluar dari kamar mandi sambil ngupil. Gue pun langsung memasuki ruang sempit yang selalu kita perebutkan tiep pagi itu. Di dalam ruangan itu gue berpikir, kalo gue mandi ini pasti bakal ditinggal sama bocah-bocah. Dengan segala pertimbangan, akhirnya gue mutusin cuma gosok gigi doang.
Gue terpaksa keluar lebih cepat dari yang Otong dan Kodrat bayangkan, untuk meminimalisir kemungkinan mereka ninggalin gue dan karena di Kodrat juga udah ngetok-ngetok pintu supaya gue mempercepat aktivitas gue di kamar mandi. Akhirnya dengan segala keterbatasan keharuman yang gue dapetin dari aktivitas gue di kamar mandi tadi, gue pun dan dua kawan gue berangkat ke kampus tercinta.
~~~~~~
Sesampainya kami di depan kelas, tak ada satu pun dari kami bertiga yang berani masuk ke dalam kelas duluan. Akhirnya dengan segala jenis undian yang kami lakukan, si Otong lah yang mendapat giliran pertama masuk ke dalam kelas. Dia  memasang muka stay cool nya melewati pintu dan masuk. Gue dan Kodrat pun mengikutinya dari belakang. Seisi kelas memalingkan tatapan mereka dari papan dan mengarahkannya pada kami.
“Udah cuek aja, gak usah liat mereka balik. Tetap fokus target kita, kursi pojok kanan belakang”, ucap si Kodrat.
Jam di dinding kelas sudah menunjukkan pukul 8.45 ketika kami memasuki kelas itu. Untung saja sang dosen tidak mempermasalahkan ini, sehingga kami bisa duduk dengan tenang di pojokan.
Tiep pelajaran di kampus  gue lamanya 2,5 jam. Karena kelas ini mulai jam 7.30, jadi kelarnya bakal jam 10. Selama pelajaran berlangsung, banyak dari temen gue yang gak merhatiin tu dosen. Alasannya sih beragam, mulai dari gak ngerti dari awal sampe yang mikir pelajaran ini gak penting buat jurusan gue. Dalam mengisi kejenuhan itu pun, temen-temen gue melakukan berbagai hal, seperti internetan memanfaatkan wifi kampus dengan kecepatan seadanya, main domikado, dan bahkan ada yang langsung cabut dari kelas setelah tanda tangan absen.
Gak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9.59, ketika Kodrat yang kejenuhan otaknya sudah mencapai klimaks berkata, “already 10 o’clock, Sir”. Seketika itu juga seluruh tatapn tertuju padanya. Dia dengan pede mengulangi kata-kata itu. Dan satu demi satu temen gue pun ikut-ikutan mengatakan hal sama seperti Kodrat. Dan dengan kesabaran yang tingkat tinggi, akhirnya dosen gue membubarkan kelas itu.
“Okeh, because its already 10, so our class is dismiss. And see you next week”, kata dosennya gue sambil bibirnya bergetar seolah masih belum ikhlas kalo kelas hari ini udah kelar.
“Yeeee”, tanpa ada aba-aba seluruh isi kelas berteriak bersamaan.
Akhirnya salah satu penderitaan hari ini telah terlewati. Gue pun bergegas keluar kelas. Namun sesampainya gue di depan pintu, Kusni memanggil dan menghampiri gue sambil berlari.
“Lu mau kemana habis ini Dul?” , ucap Kusni ngos-ngosan.
“Gue sih pengen ke perpus soalnya ada yang pengen ketemu gue disana. Lu mau ikut?”, jawab gue sekenanya.
“Yaudah deh lu duluan aja. Gue masih ada urusan di lab”, dan tiba-tiba Kusni menghilang begitu saja.
Gue akhirnya berjalan sendiri melewati lorong-lorong panjang menuju perpustakaan. Disini status gue sebagai jomblo bener-bener berasa.
~~~~~~
Belum juga kaki ini melangkah masuk ke dalam perpustakaan, ternyata orang yang pengen gue temuin itu udah dari tadi nungguin gue. Dia melontarkan secarik kertas dan sebilah pulpen ke arah gue. Gue mengerti maksud dia dan langsung menyambar kertas serta pulpen itu. Pulpen itu pun menari dengan indahnya digenggaman gue. Iya, gue nanda tangan surat rekomendasi buat dia ikut seleksi BEM.
Gue salah satu dari lima orang yang dia percaya buat ngisi recommendation form nya. Dia adalah salah satu anak buah gue di ekskul voli sekaligus junior gue di Teknik, namanya Petri. Dari awal masuk kuliah dia udah punya keinginan buat ikut BEM. Makanya dia susah-sudah nyari gue Cuma buat minta gue tanda tangan di recommendation form nya. Setelah transaksi selesai, dia pun pergi entah kemana meninggalkan gue di tengah kejombloan ini.
Gue yang gak mau terus-terusan terlarut, akhirnya mutusin buat melanjutkan langkah gue memasukin ruangan anti-berisik alias perpustakaan.
Disana gue banyak nemuin juniornya gue, dan langkah kaki gue tertuju pada discussion room. Disana ada 3 junior gue yang sedang asik kebingungan dalam belajar “Intro to IE”. Salah satu dari bocah itu menyuruh gue ngajarin mereka, tapi gue sama sekali belum pernah ngeliat materi yang mereka pelajari sekarang. Karena gue gak bisa berbuat banyak untuk mereka, gue pun berinisiatif pergi meninggalkan ruangan itu dan balik ke kos untuk mengistirahatkan badan yang lelah ini.
~~~~~~
Setelah melalui banyak rintangan yang ada, akhirnya gue nyampe juga di kos sweet kos gue. Dengan sisa tenaga yang ada gue naik ke lante 2 untuk tidur di kamar gue.


~~~~~~ (3jam kemudian)
Gue terbangun karena alarm gue berbunyi dengan berisiknya dan itu sudah jam 2. Gue lupa kalo masih ada 1 penderitaan lagi hari, ya kelas di siang hari. Dengan segera gue kumpulin nyawa dan bergegas berangkat ke kampus untuk menuntut ilmu dan segera mengakhiri penderitaan hari ini.
~~~~~~
Disaat sore tiba dan kelas berakhir, gue langsung bergegas balik ke kos. Namun niatan itu akhirnya gue urungkan karena Kusni dengan ganasnya menyeret gue dari lantai 2 kampus ke tempat rental komputer.
“Buruan, udah gak ada waktu lagi nih. Ayok ke Loywa, tar malah keburu latian”, ucap Kusni sambil menarik-narik tangan gue layaknya sepasang homo yang lagi berantem.
Untuk kalian ketahui, Loywa adalah nama rental komputer sekaligus tempat fotocopy yang sangat terkenal di daerah kampus gue. Hampir semua kegiatan ngeprint dan fotocopy mahasiswa kampus gue dilakukan disini karena emang Cuma disini doang yang menyediakan jasa yang semacam ini.
Dan untuk info tambahan, gue adalah ketua dari ekskul voli serta Kusni adalah anak buah gue yang bergelut di bidang jarkom. Karena gue ketua yang baik, makanya gue nurut aja diseret-seret sama anak buah gue dan dibawa ke Loywa. Tujuannya tak lain dan tak bukan hanyalah buat ngetik dan ngeprint daftar hadir yang seharusnya dilakukan oleh ibu sekretaris.
Beberapa saat setelah komputer dinyalakan, Kusni langsung membuka program Ms. Excel. Dengan gigih dia berjuang membuat tabel dan segala macam isinya. Namun apa yang terjadi tidak pernah dibayangkan oleh Kusni. Tabel yang harusnya gampang untuk dibuat, malah semakin riwet di tangan Kusni.
“Udah Ni, pake Ms. Word aja biar lebih gampang”, gue ngasih saran ke Kusni.
“Ahh gak usah, pake ini aja. Gue udah biasa kok”, cerocos Kusni.
Semakin lama jarum jam semakin cepat berputar dan hampir menunjuk angka 5. Kusni pun semakin panik karena pekerjaan yang semula dia anggap mudah, malah menjadi semakin runyam.
“Yaudah ni lu aja yang ngerjain, gue mau ke sebelah beli minum”, Kusni pun mengeles.
“Halah bilang aja emang gak ngerti cara makenya. Udah sono buruan beli biar cepet balik. Gue gak bawa duit buat bayar ngeprint.” Pungkas gue.
Dengan sekejap Kusni pun menghilang bersama hembusan angin yang masuk lewat fentilasi rental komputer itu. Dan selanjutnya gue lah yang akhirnya memiliki tugas untuk mengerjakan ini semua. Malangnya nasib gue.
Beberapa saat setelah hasil print-an keluar, Kusni muncul dengan arogannya dan duduk di samping gue.
“Buruan yok, udah gelap nih kayaknya mau hujan”, ajak Kusni sambil menenggak minuman yang di tangannya.
“Yaudah sono lu bayar deh, biar cepet”, gue gak mau kalah, gue rebut minuman di tangan Kusni dan mulai menenggaknya.
Setalah pembayaran terjadi, gue dan Kusni segera beranjak dari Loywa. Namun apa daya, baru sampe pintu hujan sudah turun bersama sahabat setianya, petir dan kilat.
“Tuh kan apa gue bilang tadi, elu sih lama ngeprintnya. Jadi kejebak kan kita”, Kusni dengan bibir memble nya nyalahin gue.
“Lah emang lu dari tadi kemana? Kan elu yang harusnya ngerjain semua ini. Tapi elu malah pergi gitu aja  ninggalin gue bersama bapak penjaga rental tadi. Untung aja kita belum keluar tadi, jadinya kan gak basah”, jawab gue gak mau disalahin mulu sama Kusni.
~~~~~~
Hujan yang gue dan Kusni tunggu tak kunjung reda. Bahkan angka di jam hp gue sudah berubah menjadi angka 6. Mau gak mau latihan hari ini dibatalkan karena cuaca gak mendukung kami. Gue dan Kusni pun akhirnya memutuskan untuk menunggu sampai hujan reda dan kembali ke asrama tempat tinggal Kusni.
Ditengah lebatnya hujan dan terpaan angin kencang, gue dan Kusni berlari merjang semua itu. Kami berlari tanpa henti, yang ada di pikiran kami hanya bagaimana caranya agar cepat mencapai tempat yang aman dan nyaman, yaitu asrama Kusni.
Dengan sedikit basah di baju dan celana serta sepatu, akhirnya kami dapat mencapai tempat itu. Kusni langsung rebahan di kasur kesayangannya. Gue bingung harus ngapain, gue langsung rebahan juga. Tapi bukan di kasur Kusni, melainkan di lantai. Gue dan Kusni pun terlelap. Tapi bedanya Kusni tidur di kasur dan berlimut bedcover, sedangkan gue tidur beralaskan tikar dan berselimut angin.

Gue ANTO

Let me introduce myself, my name is M. Romadianto Abdullah Asa. My friends call me Anto, Mamad, Abdul, or Roma. I was born on Feb 12,1994 in Sumbawa Besar. I was playgroup in TK Hidayatullah Lempeh, Sumbawa Besar, maybe. I have two elementary schools, the first one is SDN 1 Lempeh and the second one is SDN 13 Ampenan. Capek bahasa inggris mulu, gue cinta indonesia men. Jadi ini terjadi dikarenakan gue pindah tempat tinggal. di SD yg pertama gue cuma sampai kelas 3 dan SD kedua ya kelanjutannya. Bapak gue dipindah tugaskan ke Mataram, Lombok. Ya secara otomatis kita sekeluarga juga ikut pindah.
Saat baru lulus SD, bapak langsung nyuruh gue daftar ke MTs. Kenapa? Bapak gue mau gue jadi anak yang gak cuma pinter di akademik, tapi juga agama gue. Yah seenggaknya itu yg bapak gue bilang ke gue. Tapi gue yakin pasti ada maksud lain dibalik semua itu. Yak misalnya biar gue rajin solat, rajin ngaji, rajin ngebantu emak di dapur, rajin buang sampah pada tempatnya, dan sebagainya.
Awalnya gue pengen lanjutin pendidikan gue ke MAN. Tapi, dengan berbagai pertimbangan akhirnya gue mengurungkan niat gue itu. Akhirnya gue mutusin untuk masuk ke SMA 2 Mataram. Kenapa? Soalnya ini SMA paling deket dari rumah gue dan gue cuma butuh waktu 15 menit jalan kaki, simple.
Pas naik kelas 3 SMA, gue sama sekali belum kepikiran mau ngelanjut kemana. Disaat semua temen sebaya gue pada sibuk nyari info kuliah, gue malah masih santai. Di saat semua orang udah nentuin mau masuk univesitas mana dan jurusan apa, gue malah baru mulai mikir mau ngelanjut kemana. Semester 2 baru gue bisa nentuin mau ngelanjut kemana dan masuk jurusan apa. Semua akibat dari mbak-mbak dari President University masuk ke kelas gue buat numpang promo. Disaat itu juga hati gue tergugah untuk ikut tes beasiswanya. Akhirnya gue dapet dan yak sekarang gue lagi duduk manis di gazebo asrama President University ngebuat blog ini